Jumat, 05 April 2013

Perjalanan ke Bali “Feel the Distance"


Perjalanan ini terjadi di tahun 2009 lalu, saat ada libur kuliah beberapa hari yang sangat berharga di fakultas kedokteran. Saya dan 2 adik laki-laki saya memutuskan serta 3 teman adik saya memutuskan travelling ke bali dari jogjakarta. Bukan menggunakan pesawat tentu saja, tapi menggunakan mobil pribadi kami karna budget kami terbatas. maka jalan-lah kami ber 6 ke bali menggunakan mobil xenia milik kakak ku di semarang.
Dalam rencana perjalanan kita menyusuri pantai utara jawa mulai dari semarang hingga banyuwanggi lalu menyebrang ke pulau dewata bali. Jujur saja, ini bukan pertama kalinya saya ke bali, tetapi perjalanan ini lebih berkesan karena kami menggunakan mobil pribadi alias nyupir sendiri kesana. seperti kata teman bule ku asal austria pernah berkata “feel the distace”. kata-kata itu memang benar-benar merasuk ke diri saya. karena perjalanan yang terlampau singkat seperti dengan pesawat kita tidak mendapatkan kesan setelah nya, tapi kalau nyupir sendiri atau istilah nya “nge gembel” bener2 dapet feel nya.
Oke kembali ke perjalanan. kami start dari semarang rumah kakak ku berangkat tengah malam. Mengapa harus tengah malam, karna menghindari kemacetan, motor, anak sekolah dan lain-lain. lawan kami dijalan “hanya" bis dan truck kontainer. dan tentu saja, perjalanan malam itu ga panas. yang pertama nyupir adalah saya karena yg paling tua diantara adik-adik saya. Melewati pantai utara jawa tengah hingga tembus ke jawa timur sungguh menyenangkan kota-kota yang dilewati adalah Semarang - kudus - rembang - tuban - lamongan - gersik dan kami tiba di kota Pahlawan Surabaya di pagi harinya. disini saya numpang di rumah tante saya disana untuk sekedar istirahat dan mandi. siang hari kita lanjut lagi perjalanan ke timur hingga melewati sidoarjo beserta lumpurnya, pasuruan - probolinggo dan melewati PLTU Paiton yang sangat besar. selama perjalanan dipinggir kiri kami sering melewati pantai utara jawa. Pemandangannya mantap dan tiap daerah memiliki garis pantai sendiri-sendiri.

Di sebelah kanan jalan gunung

Pantai disebelah Kiri


Foto adik dulu


Menjelang sore hari sampai lah kita di Situbondo yang merupakan kota terakhir sebelum Banyuwangi tempat kita menyebrang ke Bali. Kita akan melewati hutan-hutan yang cukup panjang. dan menurut kakak ku yang tinggal di Bali lebih baik melewati hutan- hutan itu pada siang hari karena rawan akan perampokan atau disebut "Bajing loncat” terutama di daerah sini. tapi karena kita akan melewatinya sekitar jam 8 malam saya nekat saja jalan terus, Bismillah, InsyaAllah aman.. perjalanan malam di hutan agak menyeramkan sebenernya, tapi ada beberapa mobil lain jadi kita berjalanan membentuk konvoi sampai sudah mulai di kabupaten banyuwangi mulai banyak rumah penduduk kita tancap gas ke pelabuhan ketapang. Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa di sana, dan sampai lah kita di pelabuhan ketapang.
Awalnya bingung gimana caranya naik mobil kedalam kapal, maklum ini pertama kali kami semua naik kapal feri tapi bawa kendaraan sendiri. ternyata mudah dan mirip kaya jalan tol aja, tinggal bayar dan antri naik kapal bersama-sama bis-bis lain dari pulau jawa yang mau ke bali.
Mungkin bingung, dimana kita istirahat atau buang air dll. Jawabannya adalah di Pom bensin dan numpang di Masjid pinggir jalan sekalian sholat. Selama perjalanan kita akan melihat banyak Pom bensin dengan penginapan, tapi kita
biasa tidur di dalam mobil aja, numpang parkir dan toilet di Pom bensin dan mesjid. jadi lebih murah, hehehe...
motto ku dalam perjalanan adalah, “Kita masih bisa hidup asal ada Pom bensin dan Minimarket” kok minimarket?? ya karena buat persediaan makan dan minum serta bisa numpak toiletnya tentu saja..
Masjid sebelum Banyuwangi

Menyebrangi selat antara jawa-bali dengan feri merupakan hal yang menyenangkan, saat saya dulu kapal tidak terlalu penuh karena bukan saat musim liburan. lebih banyak bersama pedagang atau peratau yang kerja di bali. Laut, langit malam, serta Bintang menemani kami di atas kapal yang menyebrang pulau dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Pelabuhan Ketapang
Suasana diatas kapal


Sampai di pulau Dewata Bali kami di sambut dengan pemeriksaan kendaraan yang melintas, total kami di berhentikan selama perjalanan dari gilimanuk ke denpasar 3 kali pemeriksaan. Saya sangat memaklumi karena peristiwa bom di bali pasti sangat membekas sehingga polisi disana amat berjaga-jaga terhadap wisatawan/orang-orang yang menggunakan mobil pribadi kesana. Proses pengecekan agak lama, mugkin karena ada nama "Muhammad" di depan nama saya di SIM saya, dan saat itu memang malam hari atau memang prosedur pemeriksaan nya yang agak lama.
Setelah semua beres barulah kita lanjutkan perjalanan menuju Denpasar tempat tujuan para wisatawan dibali. Selama perjalanan kita, maksud saya “saya" disuguhkan pemandangan hamparan sawah-sawah yang luas, karena setiap malam hanya saya yang melek sebagai supir, semua adik-adik ku tertidur pulas. Dan sampailah kita di Denpasar, tempat peristirahatan kita pada malam pertama di Denpasar tidak lain dan tidak bukan adalah di mobil kita yang kita parkirkan di depan minimarket..
Itulah alasan kami menggunakan mobil pribadi selain murah karena hanya membayar bensin dan di bagi 6 orang dan kita bisa tidur dimana saja kapan saja. Memang bisa tidur lelap di mobil?? ya bisa, lha capek nya minta ampun ditambah yang lain juga pada tidur duluan, kalau mau makan atau minum tinggal beli aja di mini market sebelah..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar